PENDIDIKAN KHUSUS (DIKSUS) PENGAMBILAN SLAYER CONTRAS BONE

 

LAPORAN PENDIDIKAN KHUSUS (DIKSUS)

DEVISI MOUNTENEERING


Laporan DIKSUS ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk menjadi Anggota Penuh CONTRAS BONE

 

Di susun oleh :

 

NADIA REGITA CAHYANI (TERI)

                            NRAC.217.06.052

 

 

 

CONTRAS BONE PERIODE

2021

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah menganugrahkan rahmat serta hidayahnya yang karenanya penulis diberikan kekuatan dan kesempatan untuk menyelesaikan laporan Pendidikan Khusus  (DIKSUS) Shalawat serta salam kita haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, Nabi yang telah menyampaikan petunjuk Allah SWT untuk kita semua sebagai petunjuk yang benar dalam syariat Agama Islam.

Laporan kegiatan Pendidikan Khusus  (DIKSUS) ini disusun sebagai hasil dari kegiatan pada Tanggal 24 - 27 September 2021. Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah salah satu persyaratan dari Contras Bone untuk menjadi Anggota Penuh .

Penulis sungguh sadar bahwa laporan kegiatan DIKSUS ini dapat selesai berkat dari bantuan serta dukungan dari semua pihak. Oleh karena itu, peserta meminta masukan dan kritikan yang dapat membangun penulis, yang kemudian dapat menyempurnakan laporan ini.

Demikain pengantar ini semoga dalam penulisan laporan ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang membacanya. Aminnn.

                                                                  Watampone, 30 September 2021

 

     Penyusun

 

NADIA REGITA CAHYANI

NRAC.217.06.052

 

 

 

KODE ETIK PENCINTA ALAM

1.        PENCINTA ALAM  INDONESIA SADAR BAHWA ALAM BESERTA ISINYA ADALAH CIPTAAN TUHAN YANG MAHA ESA.

2.        PENCINTA ALAM INDONESIA SEBAGAI BAGIAN DARI MASYARAKAT INDONESIA SADAR AKAN TANGGUNG JAWAB KEPADA TUHAN, BANGSA DAN TANAH AIR.

3.        PENCINTA ALAM INDONESIA SADAR BAHWA PENCINTA ALAM ADALAH SEBAGAI MAKHLUK YANG MENCINTAI ALAM SEBAGAI ANUGERAH TUHAN YANG MAHA ESA.

Sesuai dengan hakekat diatas peserta dengan kesadaran menyatakan :

1.        Mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2.        Memelihara alam beserta isinya serta menggunakan sumber alam sesuai dengan kebutuhannya.

3.        Mengabdi kepada Bangsa dan Tanah Air.

4.        Menghormati tata kehidupan yang berlaku pada masyarakat sekitar serta menghargai manusia dan kerabatnya.

5.        Berusaha mempererat tali persaudaraan antara Pencinta alam sesuai dengan azas Pencinta alam.

6.        Berusaha saling membantu serta menghargai dalam pelaksanaan pengabdian terhadap Tuhan, Bangsa dan Tanah Air.

7.        Selesai

 

 

DAFTAR ISI

Halaman

 

KATA PENGANTAR.. i

KODE ETIK PENCINTA ALAM... ii

DAFTAR ISI. iii

DAFTAR TABLE.. iv

BAB I PENDAHULUAN.. 1

A.       Latar Belakang. 1

    B.       Rumusan Masalah.................................................................................... 1

C.       Tujuan 3

BAB II  GAMBARAN UMUM LOKASI. 4

A.       Gambaran Umum Lokasi 4

B.       Kegiatan Diksus. 5

BAB III  KRONOLOGI KEGIATAN.. 13

A.       Waktu Kegiatan. 13

B.       Perlengkapan yang Digunakan. 13

C.       Rincian Anggaran yang Digunakan. 13

C.       Peralatan yang Digunakan. 13

 

 

BAB IVPEMBAHASAN.. 13

A.       Persiapan Perjalanan. 13

B.       Personil Perjalanan. 13

C.       Pelaksanaan Kegiatan. 13

BAB VPENUTUP.. 13

A.       Kesimpulan. 13

B.       Saran. 13

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................

LAMPIRAN.. 13

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR ISI

Halaman

I   PENDAHULUAN.. 1

II  NAVIGASI DARAT.. 4

III  PETA.. 13

IVMEMBACA PETA.. 13

A.       Sifat-Sifat Garis Kontur 13

B.       Ketinggian Tempat 13

C.       Mengenal Tanda Medan. 13

 V  KOMPAS. 13

A.       Bagian-Bagian Kompas. 13

B.       Jenis-Jenis Kompas. 13

    C.       Cara Menggunakan Kompas....................................................................

D.       Sudut Kompas. 13

E.        Teknik Peta Kompas. 13

 VI ANALISI PERJALANAN.. 13

A.       Jarak yang Akan Ditempuh. 13

B.       Waktu yang Akan Dipergunakan. 13

    C.       Tanda-Tanda Medan................................................................................

D.       Jenis-Jenis Medan. 13

E.        Medan Tidak Sesuai Peta. 13

 VII ALTIMETER.. 13

 VIII PROTACTOR.. 1

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perlengkapan yang Digunakan.........................................................14

Tabel 1.2 Rincian Anggaran yang Digunakan...................................................15

Tabel 1.3 Peralatan yang Digunakan................................................................16

Tabel 2.1 Personil Kegiatan..............................................................................18

Tabel 2.2 Pelaksanaan Kegiatan........................................................................19

Tabel 2.3.Rute Perjalanan .................................................................................19

Tabel 2.4 Survival .............................................................................................22


BAB I

PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang

Pencinta Alam  adalah seseorang yang mencintai alam dan semesta beserta isinya. Jadi Pencinta Alam  artinya sangat luas sekali, mencintai Hutan, Gunung, Laut, Bumi, Bulan, Matahari dan sebagainya. Termasuk juga mencintai Manusia, mencintai diri sendiri, bahkan mencintai Tuhan Yang Maha Esa, yang telah menciptakan alam semesta beserta isinya, jadi pada hakekatnya Pencinta Alam itu sangat luas artinya.

Kegiatan Mountaineering adalah salah satu olahraga favorit bagi Pencinta Alam atau penggiat alam bebas, sebuah olahraga yang membutuhkan stamina Fisik, Mental, Kesehatan dan Strategi untuk menjaga keselamatan dalam pendakian, karena di setiap perjalanan tidak selalu menemukan perjalanan yang mulus dan lancar.  Dikarenakan medan dilalui banyak terdapat rintangan dan tantangan sangat Ekstrim dan membahayakan bagi keselamatan para pendaki,  namun hal tersebut tidak menggoyahkan semangat para pendaki. Tujuan seseorang untuk melalukan pendakian semakin hari semakin berkembang baik individu maupun kelompok, seperti perpetualangan Adventure dan hobby, segi ilmu pengetahuan, segi rekreasi dan wisata wahana alam. Perkembangan ini dilakukan secara luas mencakup satu segi saja atau berkaitan, misalnya berpetualang melakukan pendakian saja atau untuk olahraga sekaligus rekreasi dan wisata.

 

 

Kegiatan Pendidikan Khusus (DIKSUS) menjadi salah satu persyaratan untuk menjadi Anggota Penuh dari Organisasi Contras Bone dan merupakan sarana menjalankan Organisasi petualang, baik untuk menjaring minat anggota maupun sebagai alat bertukar pikiran nilai-nilai kepencintaalaman. Pencinta Alam bahkan bisa dikatakan bukan Pencinta Alam jika tidak terdapat kegitan Outdoor di dalamnya. Hal tersebut karena sejarah panjang Pencinta Alam yang kemudian telah membuat citra yang begitu melekat pada penulis bahwa Pencinta Alam adalah Organisasi berbasis petualangan. Dibalik kegiatan Outdoor terselip nilai-nilai yang ditanamkan seperti lebih peduli dengan alam dan sekitarnya, lebih menghayati dan lain sebagainya.

Pada kegiatan alam ini, Pencinta Alam sangat menekankan pada pengetahuan mereka dalam berkegiatan di alam terutama bagaimana melihat resiko dari aktivitas mereka. Para Anggota Contras Bonepada akhirnya akan dituntut mempunyai persiapan yang matang ketika hendak mengadakan kegiatan di alam. Hal ini sangat utama dan penting bagi mereka. Mereka sering menyebut ini dengan manajemen kegiatan. Manajemen kegiatan tersebut disusun hingga sangat detail, bahkan untuk kegiatan-kegiatan tertentu yang sifatnya pendidikan diwajibkan untuk mempresentasikan kesiapan mereka.

 

 

 

 

 

B.            Rumusan Masalah

Adapun Rumusan Masalah dari Pendidikan Khusus  (DIKSUS) CONTRAS BONE adalah sebagai berikut:

1.      Bagaimana anggota mengaplikasikan materi kePencintaalaman pada saat dialam bebas?

2.      Bagaimana pola pemahaman dan komunikasi yang terjadi antara anggota pada saat di alam bebas?

3.      Bagaimana anggota bertahan hidup dialam bebas?

C.           Tujuan

Adapun tujuan dari Pendidikan Khusus (DIKSUS) CONTRAS BONE adalah sebagai berikut:

1.        Sebagai salah satu syarat/tahap untuk menjadi Anggota Penuhseperti yang dijelaskan dalam AD/ART Contras Bone.

2.        Menambah pengalaman di bidang petualangan, kepencintaalaman dan lingkungan.

3.        Mengaplikasikan materi yang diperoleh dari Pendidikan Dasar atau Training Anggota Muda (TAMA).

4.        Sebagai referensi yang dapat di gunakan para anggota yang ingin melakukan pendakian.

 

 

 


BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI

A.           Gambaran umum lokasi

Dalam kegiatan Pendidikan Khusus (DIKSUS) Mountaineering atau Pendakian Gunung dilaksanakan di Ningo sampai Ajapanisi, dengan waktu yang dapat di tempuh selama 3 malam 3 hari dari kota Watampone ke Ajapanisi. Dan dilokasi Camp pertama yaitu di Ningo dengan titik 505o dengan suasana yang sejuk dan pemandangan yang indah .

Dari lokasiCamp pertama yaitu Ningo, terdapat  banyak Tumbuhan dan Pepohonan yang tumbuh, dan jalur yang begitu beragam. Landai, Terjal, Curam. Dan kondisi sumber air pada lokasi tersebut ada yang dekat dan ada yang jauh. Adapun beberapa Flora dan Fauna  yang ada di sekitar lokasi tersebut seperti :

1.        Flora (Tumbuhan) :

a.         Pohon  Jagung

b.         Pohon  Pisang

c.         Pohon Cengkeh

d.        Pohon Coklat

e.         Pohon Bambu

f.          Pohon Jambu

g.         Pohon Tomat

 

 

 

2.        Fauna (Hewan) :

a.         Sapi

b.         Anjing

c.         Kupu-Kupu

d.        Elang

e.         Kunang-Kunang

f.          Semut

B.            Kegiatan Diksus (Mounteneering)

Pada kegiatan Pendidikan Khusus (DIKSUS) Pendakian Gunung (Mounteneering) tahap awal persiapan untuk melakukan perjalanan terlebih dahulu peserta Pendidikan Khusus (DiKSUS) wajib menerima arahan oleh pendamping agar selama kegiatan tidak menyalahi aturan-aturan seperti di jelaskan oleh pendamping bahwa etika perjalanan atau pendakian tidak boleh meninggalkan kecuali jejak, tidak mengambil sesuatu kecuali gambar.

Tahap selanjutnya yaitu para peserta Pendidikan Khusus (DIKSUS) melakukan perjalanan sesuai aturan atau tahap yang harus mereka lalui untuk sampai ke titik yang sudah ditentukan oleh pendamping Pendidikan Khusus (DIKSUS), sebelumnya mengecek alat Navigasi yang akan digunakan.

Memasuki tahap penentuan titik koordinat, pada dasarnya penentuan titik koordinat atau yang biasa kita sebut Navigasi, tiap masing-masing peserta mencari titik koordinat atau lokasi yang akan kita lewati dan menghitung berapa waktu jarak tempuh untuk sampai dari titik satu ke titik kedua, dan kegiatan berlangsung selama 3 malam 3 harihingga mencapai titik terakhir.

BAB III

KRONOLOGI KEGIATAN

A.           Waktu Kegiatan

Dalam kegiatan Pendidikan Khusus  (DIKSUS) dilaksanakan selama 3 hari untuk menerapkan materi selamaTraining Anggota Muda (TAMA) serta menjadi salah satu syarat untuk menjadi bagian Anggota Penuh Contras Bone. Adapun materi yang di terapkan selama kegiatan Pendidikan Khusus (DIKSUS) yaitu Manajemen Perjalanan, Rock Clambing, Navigasi Darat, Survival, Observasi lingkungan sekitar, dan Sosialisasi Pedesaan (SOSPED).

Waktu kegiatan dilaksanakan pada Tanggal, 24 - 27 September 2021. Untuk melakukan perjalanan terlebih dahulu peserta wajib menerima arahan oleh Instruktur atau pendamping pada pukul 20.29 Wita agar selama proses kegiatan tidak menyalahi aturan dalam etik perjalanan. Adapun  arahan yang diberikan oleh pendamping yaitu untuk menerapkan manajamen perjalanan, serta mematuhi segala aturan kode etik pencinta alam selama perjalanan agar sesuatu yang tidak diinginkan tidak terjadi. Dalam hal untuk mengantisipasi masalah dalam perjalanan seperti kehilangan arah, maka peserta dan pendampingharus mampu bertahan hidup di alam bebas dengan cara menerapkan materi Survival, Sosialisasi Pedesaan (SOSPED) dan Navigasi.

 

 

 

Adapun kronologi selama kegiatan Pendidikan Khusus (DIKSUS) berlangsung sebagai berikut :

1.        Pada hari Jumat, manajemen untuk berangkat sekitaran jam 14.00 Wita, tapi karena ada kendala dengan mobil jadi peserta beserta pendamping berangkat malam dari Sekretariat ke Puncak Ningo pada pukul 20.32 Wita, sampai di sekitaran Ningo peserta singgah di rumah pendudukmengambil air, kemudian peserta sampai di lokasi Camp pertamapada pukul 21.43 Wita, kemudian peserta langsung membersihkan sekitaran lokasi Camp dan memasang flysheet sekitaran tempat Camp untuk menghindari angin,setelah selesai peserta memasak persiapan makan  malam pada pukul 22.11 Wita setelah masakan matang, kemudian para peserta dan pendamping makan malam pada pukul 22.58 Wita, setelah makan malam selesai para peserta membersihkan alat masak yang sudah terpakai, setelah itu peserta dan pendamping berdiskusi tentang kegiatan kita keesokan harinya sampai berdiskusi lepas selama beberapa jam, setelah pembahasan selesai, peserta siap-siap untuk istirahat pada pukul 00.39 Wita, keesokan harinya peserta bagun pada pukul 05.28 Wita, peserta langsung membersihkan sekitaran beberapa menit, kemudian memasak untuk sarapan pagi pada pukul 06.25 Wita, setelah menu sarapan sudah matang, kemudian peserta makan pada pukul 07.30 Wita, setelah selesai sarapan pagi,peserta membersihkan  dan berdiskusi lepas, sekaligus packing pada pukul 07.54 Wita, setelah packingan selesai, peserta langsung kumpul dan Breefing sebelum  berangkat, setelah itu peserta berangkat pada pukul 08.13 Wita, selang beberapa menit peserta singgah di ketinggian 505o untuk melakukan Resection pada pukul 08.24 Wita. Peserta langsung mengeluarkan alat Navigasi berupa Peta, Kompas Bidik, Kompas Silva, Penghapus, Pensil, Penggaris, Busur Derajat, kemudian peserta cari lokasi yang datar dan meletakkan Peta dan Kompas Silva untuk mengutarakan Peta, setelah peserta mengetahui arah utara, peserta membidik kisaran Bulu Jeppu dengan sudut kompas 116odan Bulu Manumanu dengan sudut kompas145o, kemudian peserta menarik garisdari titik 505oke Bulu Jeppu dan Bulu Manumanu, kemudian perpotongan garis tersebut disitulah posisi peserta pada peta, setelah mengetahui posisi pada peta, peserta langsung tarik garis menggunakan busur derajat dari titik 505o ke Laule dengan titik 482o. Titik 505o ke 482o hasilnya 176o kemudian peserta mengambil Kompas Silva dan mengunci kompas dengan 176o, setelah kunci kompas peserta langsung jalan mengikuti arah Kompas tersebut, medan yang di lalui beragam ada yang landai, curam bahkan terjal dan kiri kanan jalur jurang, peserta terus berjalan mengikuti arah kompas dan mencari medan yang mudah untuk di lalui dan tidak menguras tenaga, setelah beberapa menit jalan,peserta singgah untuk beristirahat beberapa menit pada pukul 09.30 Wita, setelah itu peserta melanjutkan perjalanan  pada pukul 09.35 Wita, peserta terus berjalan dan sekali-kali melihat kompas dan peta untuk memastikan bahwa peserta tidak salah arah, kemudian peserta menemukan sumber air dan peserta singgah mengambil air pada pukul 10.10 Wita, karena para peserta dan pendamping kehausan, setelah itu peserta lanjut perjalanan pukul 10.15 Wita beberapa menit dan melihat flora dan fauna sekitaran jalur, kemudian peserta menemukan sungai besar peserta memutuskan untuk istirahat sejenak dan peserta mengeluarkan peta untuk memastikan bahwa arah peserta sudah benar dengan melihat sekitaran sungai dan medan yang ada pada peta, setelah observasi di sungai peserta menemukan posisi pada peta tanpa Resection hanya membaca medan sebenarnya dan medan pada peta, setelah itu peserta mengatur jalur yang ingin dilalui dengan melihat garis kontur pada peta, dan kemudian peserta memutuskan mengambil arah yang landai tanpa menerobos garis kontur, setelah beberapa menit istirahat, peserta melanjutkan perjalanan pada pukul 12.30 Wita peserta berjalan dengan memperhatikan sekitaran jalur dan medan pada peta, penulis bertugas melihat medan pada peta, Cupang bertugas sebagai Navigator dan Baronang bertugas melihat arah kompas menuju ke arah yang akan dilalui, parapeserta membagi tugas untuk memudahkan pada saat berjalan, kemudian singgah beristirahat pada pukul  12.59 Wita, setelah beberapa menit istirahat kemudian melanjutkan perjalanan pada pukul 13.02 Wita dan menemukan Rumah penduduk di Desa Cenregading kemudianpeserta melakukan Sosialisasi Pedesaan (SOSPED), kemudian melanjutkan perjalanan pada pukul 13.48 Wita, jalur yang sangat terjal di lalui dengan susur sungai dan air terjun, dengan cuaca buruk sehingga peserta singgah memasang jas hujan,setelah berjalan terus menerus dan akhirnya sampai di pertigaan Laule  pukul 18.00 Wita, dan peserta pergi di suatu rumah untuk memastikan bahwa betul ini lokasi tujuan di Laule, setelah mendapatkan informasi, peserta mencari penjual untuk ngemil, dan berbincang karena kebetulan penjualnya orang Bone Kota, maka dari itu pembahasan jadi panjang dan peserta di suruh melapor ke Rumah Pak Dusun dan diarahkan ke Rumahnya, dan peserta siap-siap berjalan menghampiri Rumah Pak Dusun, Kampung Laule adalah kampung yang berpenduduk sedikit, Rumah penduduk tidak sampai 30 Rumah, jaringan tidak ada bahkan listrikpun tidak ada,  setelah peserta mendapatkan Rumah Pak Dusunpesertaisin dan di suruh nginap di Rumahnya karena waktu yang tidak memungkinkan untuk mencari lokasi Camp, jadi para peserta dan pendamping memutuskan nginap di Rumah Pak Dusun, kemudian peserta mandi pada pukul 18.47 Wita, setelah mandi, penulis memasak untuk makan malam pada pukul 19.27 Wita, setelah masakan sudah matangpeserta semua makan malam pukul 20.35 Wita, setelah makan malam selesai, kemudian mencuci alat yang digunakan untuk memasak, kemudian peserta kumpul dan evaluasi sekitaran 1 jam, peserta tidak bisa berlama-lama karena lampu terbatas dan kemudian waktunya beristirahat  pada pukul 22.35 Wita.

2.        Pada hari Minggu, penulis bangun pukul 07.12 Wita, penulis langsung ke kamar mandi, kemudian peserta memasak untuk sarapan pagi pada pukul 07.35 Wita, setelah beberapa menit, masakan sudah matang, dan kemudian sarapan pada pukul 08.18 Wita, setelah selesai sarapan, peserta mencuci alat yang digunakan, setelah itu peserta packing pada pukul 09.26 Wita, setelah packingan selesai, kemudian peserta foto bersama dengan Pak Dusun sekaligus pamit untuk melanjutkan perjalanan pada pukul 09.40 Wita, kemudian kita ke pertigaan Laule untuk menarik busur dari pertigaan Laule ke Bulu Manumanu dengan sudut kompas 96o, kemudian peserta langsung kunci kompas dan berangkat pukul 10.11 Wita mengikuti arah kompas tersebut, peserta berjalan terus-menerus selama beberapa menit, dan peserta singgah istirahat sejenak pada pukul 11.05 Wita, setelah istirahat beberapa menit peserta melanjutkan perjalanan pada pukul 11.14 Wita, medan yang dilalui kebanyakan terjal, kemudian peserta menemukan air terjun bercabang dan istirahat sejenak pada pukul 12.43 Wita, peserta kemudian observasi sungai untuk memastikan posisi kita pada peta, setelah observasipeserta menemukan posisi sebenarnya maupun posisi pada peta, kemudian melanjutkan perjalanan pada pukul 13.05 Wita dengan memutuskan untuk susur sungai, beberapa jam kemudian peserta menemukan air terjun dan istirahat sejenak pukul 14.34 Wita dan membuka peta untuk membaca medan, tapi medan pada peta jalurnya begitu terjal dan peserta memutuskan untuk tetap melanjutkan susur sungai pukul 14.45 Wita, setelah susur sungai peserta kembali melewati hutan rimba dengan medan yang sangat terjal, peserta tetap melanjutkan perjalanan, kompas peserta melenceng jauh karena mencari medan yang mudah dengan melewati punggungan bukit, cuaca begitu buruk dan peserta keburu waktu, dan kemudian  singgah untuk memasang jas hujan karena cuaca tidak mendukung, setelah berjalan kembali peserta lintas air terjun dan susur sungai sampai menemukan medan yang mudah, dan peserta mencari lokasi Camp karena waktu sudah magrib dan kita belum sampai di Bulu Manumanu karena cuaca jelek, medan tidak mendukung, maka dari itu peserta memutuskan Camp di Ladang pinggir sungai Boejeng pada pukul 17.23 Wita, setelah sampai di lokasi Camp ke 3 pesertabersih-bersih pada pukul 17.26 Wita, setelah itu kemudian peserta mendirikan Bivak pada pukul  17.30 Wita, setelah Bivak jadi peserta memasak untuk makan malam pada pukul 18.10 Wita, setelah makanan sudah matang, kemudian peserta makan malam pukul 19.30 Wita, setelah makan malam, peserta berkumpul dan evaluasi pukul 20.35 Wita, peserta mencari posisi pada saat di lokasi Camp ke 3 pada peta, setelah peserta menemukan posisi  di peta kemudian langsung mengatur jalur yang mau dilalui keesokan harinya, setelah evaluasi,peserta istirahat pada pukul 23.43 Wita.

3.        Hari Senin, penulis bangun pukul 06.48 Wita, kemudian penulis langsung membersihkan selama beberapa menit, setelah beberapa menit kemudian, peserta bikin kopi pukul 06.58 Wita, peserta hanya ngopi karena Ransum peserta sudah habis, setelah itu peserta packing 07.45 Wita, setelah packingan selesai peserta tarik busur dari sungai Boejeng ke pertigaan Ajapanisi dengan sudut kompas 70o, setelah itu peserta langsung kunci kompas dan langsung berangkat pukul 08.35 Wita, peserta mengikuti arah kompas dan peserta memutuskan susur sungai karena medan pada peta terjal, maka dari itu peserta mencari jalur yang mudah, setelah berjalan beberapa jam peserta singgah pukul 09.40 Wita untuk istirahat, setelah itupeserta tarik busur dari tempat persinggahan ke pertigaan Ajapanisi dengan sudut kompas 140o, kemudian kunci kompas dan melanjutkan perjalanan pada pukul 13.56 Wita, selang beberapa jam berjalan, kemudian peserta sampai di pertigaan Ajapanisi pukul 15.15 Wita dan disitulah titik finish peserta, dan kemudian peserta di jemput untuk pulang ke Sekretariat dan peserta sampai di Sekretariat pada pukul 16.45 Wita.

B.            Tabel Pralatan dan Perlengkapan

Berikut merupakan daftar tabel peralatan dan perlengkapan yang digunakan pada saat pelaksanaan Pendidikan Khusus ( DIKSUS ).

Tabel 1.1 Perlengkapan yang digunakan pada saat DIKSUS

NO

NAMA

JUMLAH

KETERANGAN

1

DRY BAG

1

BAIK

2

FLYSHEET

2

BAIK

3

TABUNG

5

BAIK

4

PARANG

3

BAIK

5

COOKING SET

1

BAIK

6

CARRIER

2

BAIK

7

PORTEBEL

2

BAIK

8

WEBBING

1

BAIK

9

TALI PRAMUKA

3

BAIK

10

HETLEM

1

BAIK

11

MATRAS

5

BAIK

12

NESTING

1

BAIK

13

SENDOK

3

BAIK

14

PIRING

4

BAIK

15

PISAU

1

BAIK

16

BENANG

1

BAIK

17

GELAS

5

BAIK

18

SENDOK NASI

1

BAIK

19

PETA

2

Hilang satu

20

BUSUR DERAJAT

3

BAIK

21

PENSIL

1

BAIK

22

PENGHAPUS

1

BAIK

23

PENGGARIS

1

BAIK

24

KOMPAS SILVA

3

BAIK

25

KOMPAS BIDIK

2

BAIK

 

C.           Rincian Anggaran yang Digunakan

Berikut merupakan daftar tabel rincian anggaran yang digunakan pada saat pelaksanaan Pendidikan Khusus ( DIKSUS ).

Tabel 1.2 Rincian Anggaran LOGISTIK

NO

NAMA

JUMLAH

HARGA

1

MIE EKO

2 BUNGKUS

  Rp. 14.000

2

KOPI

1 BUNGKUS

Rp. 19.000

3

SUSU

1 REFIIL

  Rp. 15.000

4

TISSUE

1 BUNGKUS

Rp. 7.500

5

MINYAK

1 REFIIL

Rp. 7.500

6

BERAS

3 LITER

SUMBANGSI

7

NUTRISARI

2 GANTUNG

  Rp. 21.000

8

LOMBOK BOTOL

1 BOTOL

Rp. 4.500

9

KECAP BOTOL

1 BOTOL

Rp. 4.500

10

IKAN KERING

5 EKOR

Rp. 10.000

11

TELUR

11 BUTIR

SUMBANGSI

12

LOMBOK BIJI

-

SUMBANGSI

13

BAWANG MERAH

-

Rp. 2.500

14

BAWANG PUTIH

-

Rp. 2.500

15

ASAM

-

Rp. 5000

16

SUNGLIGHT

1 SUSET

Rp. 2000

17

MASAKO

1 GANTUNG

Rp. 5000

18

POLY BAG

1 PAK

Rp. 25.000

19

BUSUR

2

Rp. 8000

20

PENSIL

1

Rp. 2000

21

PENGGARIS

1

Rp. 3000

22

PENGHAPUS

1

Rp. 1000

23

KOMPAS SILVA

1

Rp. 50.000

24

ROMA KELAPA

1 BUNGKUS

Rp. 8000

25

BISKUIT PIRAMIT

2 BUNGKUS

Rp. 7000

26

ROTI TAWAR

2 BUNGKUS

Rp. 18.000

27

KUE PIA

1 BUNGKUS

Rp. 5000

28

PITSIN

1 BUNGKUS

Rp. 5000

29

GARAM

1 BUNGKUS

Rp. 1000

30

GULA

1/2 LITER

Rp. 11.000

31

TERIGU

-

SUMBANGSI

32

TOMAT

-

SUMBANGSI

33

KOL

-

SUMBANGSI

34

TEMPE

1 BUNGKUS

SUMBANGSI

 

 Jumlah

 Rp. 264.000

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

D.           Kendala

1.        Manajemen waktu tidak sesuai dengan apa yang direncanakan dan tidak kesesuaian apa yang telah di sepakati karena mobil datang dari Pelabuhan Bajoe sehingga mengakibatkan keterlambatan berangkat ke lokasi.

2.        Ransum kurang karena modal berkecukupan.

3.        Kurang memahami cara pembacaan medan disebabkan peserta keliru dengan medan pada peta  tidak sesuai dengan medan sebenarnya.

4.        Tidak melakukan olahraga sebelum turun lapangan disebabkan jadwal kegiatan lain yang padat jadi tidak menyempatkan olahraga sebelum turun ke lokasi.

5.        Satu peta hilang di bawa arus sungai karena peserta menyusur sungai dengan cuaca hujan dan arus air sangat deras sehingga Cupang terjatuh dan tidak sempat menyelamatkan peta, karena peta berada di carrier Cupang.

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB IV

PEMBAHASAN

A.           Persiapan Perjalanan

Persiapan terhitung mulai pendalaman materi yang diaplikasikan pada saat di lokasi, setelah itu para pendamping membuat plog jalur yang akan di lalui untuk pendidikan, setelah membuat jalur kemudian pendamping mengarahkan peserta untuk praktek mengaplikasikan materi navigasi sebelum pengaplikasian di alam bebas, keesokan hari nya peserta membeli ransum dan mempersiapkan alat yang digunakan pada saat Pendidikan Khusus ( DiKSUS ).

Persiapan manajemen perjalanan terhitung mulai Tanggal 24 - 27 September 2021. Yang dimulai dari Puncak Ningo sampai pertigaan Ajapanisi. Dari lokasi Camp pertama yaitu Puncak Ningo, beberapa lokasi atau perbukitan yang sudah ditargetkan untuk sampai di pertigaan Ajapanisi. Dari lokasi tersebut terdapat banyak flora dan fauna.

B.            Personil Pendakian

Tabel 2.1 Tim yang melakukan Pendidikan Khusus.

NO

NAMA

TELEPON

ALAMAT

KETERANGAN

1

Syarman Yudi

081918159041

Btn Pepabri Blok B2 No. 13

Pendamping Diksus

2

Awaluddin

082281443833

Btn Pepabri Blok B2 No. 13

Pendamping Diksus

3

Muh. Idris

082154026853

Btn Pepabri Blok B2 No. 13

Pendamping Diksus

4

Nadia Regita Cahyani

085340739886

Btn Pepabri Blok B2 No. 13

Peserta Diksus

5

Haikal

085339455448

Btn Pepabri Blok B2 No. 13

Peserta Diksus

6

Muh. Hanif Buhasyim

085796408053

Btn Pepabri Blok B2 No. 13

Peserta Diksus

C.           Pelaksanaan Kegiatan

   Cara menentukan BackAzimuth :

1.      Titik awal dan titik akhir perjalanan di plotkan pada peta, kemudian tariklah garis lurus dan hitung sudut kompas yang menjadi arah perjalanan. Hitung juga sudut dari titik akhir ke titik awal, kebalikan arah perjalanan. Sudut kebalikan arah perjalanan ini adalah sudut BackAzimuth.

2.      Perhatikan suatu objek yang menyolok (misalnya pohon besar, pohon  tumbang, longsoran tebing, susunan pohon yang khas, ujung kampung dan sebagainya) pada titik awal perjalanan.

3.      Bidikan kompas sesuai dengan arah perjalanan kita (sudut kompas), dan tandai dengan salah satu objek yang berada dijalur lintasan yang akan dilalui pada arah itu.

4.       Setelah anda sampai pada objek itu, bidiklah kompas kebelakang (BackAzimuth) untuk memeriksa kembali apakah anda berada pada lintasan yang tepat. Bergeserlah ke kiri atau ke kanan untuk mendapatkan BackAzimuth yang benar.

5.      Sering kali tidak ada objek yang dapat dijadikan sasaran. Dalam hal ini pakailah teman kita sebagai titik objek sementara dan dilakukan secara beranting. Lebih baik perjalanan lambat asal tidak tersesat.

 

 

 

Keterangan :

SK – AB : Sudut kompas perjalanan dari A ke B, SK – BC : Sudut kompas dari C ke B (BackAzimuth dari C ke B), SK – BA : Sudut kompas dari B ke A (BackAzimuth dari B ke A)

Cara mencari sudut balik kompas atau sudut BackAzimuth:

1.               Bila sudut kompas sasaran kurang dari 1800, maka BackAzimuthnya adalah: sudut kompas ditambah dengan 1800. Contoh : Sudut kompas 450. Maka BackAzimuthnya adalah: 450+1800=2250.

2.               Bila sudut kompas sasaran lebih dari 1800, maka BackAzimuthnya adalah : sudut kompas dikurangi dengan 1800. Contoh : Sudut kompas sasaran lebih dari 2200. Maka BackAzimuthnya : 2200–1800=400.

a.           Rumus mencari sudut BackAzimuth:

 Jika X< 180= X+ 1800

 Jika X> 1800 = X0 - 1800          

b.         Rumus mencari detik :

Jarak  =  60   (detik)

                          3,7  (ukuran karvak)

 

                        Contoh :

     2,5 cm = 60= 40,5 detik

                           3,7  

 

 

 

 

 

 

Tabel 2.2 Pelaksanaan kegiatan

NO

RUTE

WAKTU TEMPUH

KETERANGAN

1

Puncak Ningo – Laule

± 10 jam

Pendakian

dan susur sungai

2

Laule – Salo Boejeng

± 8 jam

Pendakian, susur sungai, dan air terjun

3

Salo Boejeng - Ajapanisi

± 2 jam

Pendakian, susur sungai, landai

 

1.      Rute Perjalanan

                Tabel 2.3 Rute perjalanan

NO

LOKASI

KETINGGIAN

KOORDINAT

SUDUT KOMPAS

KET

1

Puncak Ningo

505oMDPL

LS. 04o,32’,40,5”

BT. 120 o,07’,27,5”

A.    171 o

B.     351 o

Sudut kompas dari puncak Ningo ke Pertigaan Laule

2

Persinggahan

400oMDPL

LS. 04o,33’,26,5”

BT. 120 o,04’,29,1”

A.    150 o

B.     330 o

Salo Cenregading

3

Persinggahan

350oMDPL

LS. 04o,34’,27,5”

BT. 120 o,07’,37,2”

A.    117 o

B.     297 o

Salo Bajoeng

4

Camp 2

 

400o MDPL

LS. 04o,’35,6,48”

BT. 120 o,07’,17,8”

A.    96 o

B.     276 o

Rumah Pak Dusun

5

Pertigaan Laule

350oMDPL

LS. 04o,34’,42,1”

BT. 120 o,08’,34”

A.    87 o

B.     267 o

Sudut kompas dari pertigaan Laule ke Bulu Manumanu

6

Camp 3

Salo Bajoeng

433oMDPL

LS. 04o,35’,42,1”

BT. 120 o,08’,34”

A.    70 o

B.     250 o

Sudut kompas dari Salo Bajoeng ke Pertigaan Ajapanisi

7

Persinggahan

400oMDPL

LS. 04o,34’,25,9”

BT. 120 o,09’,43,5”

A.    55 o

B.     235 o

Rumah senior Budi

8

Pertigaan Ajapanisi

400oMDPL

LS. 04o,34’,27,5”

BT. 120 o,09’,30”

A.    140 o

B.     320 o

Finish

 

2.      Letak Geografis Ningo Desa Timusu

a.         Luas Desa dan Peruntukannya

Desa Timusu terletak diwilayah Kecamatan Liliriaja yang dengan Luas Wilayah Desa Timusu adalah  1.500 Ha² meliputi Tanah Sawah, Tanah kering, Tanah Basah, Tanah Perkebunan dan Tanah Hutan.

Batas Wilayah

1.        Sebelah Utara          :   Kelurahan JennaE

2.        Sebelah Selatan       :   Desa Congko

3.        Sebelah Barat          :   Desa Rompegading

4.        Sebelah Timur         :   Kelurahan Labessi

b.    Letak Geografis

       Secara geografis Desa Timusu terletak diantara 4° 06° 00° – 4° 32° 00° Lintang Selatan dan 119° 42° 18° – 120° 06° 13° Bujur Timur, terletak sekitar 180 km disebelah utara Kota Makassar ibukota Provinsi Sulawesi Selatan. Desa Timusu memiliki temperature udara antara 24° – 30° C, keadaan angin berada pada kecepatan lemah sampai sedang, dan curah hujan rata-rata 175 mm dan 123 hari hujan pertahun. Geomorfologi Desa Timusu terdiri dari daratan dan perbukitan, dimana sebagian besar wilayah Desa Timusu adalah perbukitan selain itu terdapat sungai yang mengalir Sungai TengapadangE dan Sungai LebbaE maka menjadi potensi sumber daya alam untuk mengairi tanah-tanah pertanian dan perkebunan disekitarnya. Adapun potensi sumber daya alam lain adalah mata air panas beccello dan goa Timusu dimana masih perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah untuk pemeliharaan dan pengembangannya.

c.          Keadaan Iklim

Desa Timusu beriklim tropis, suhu udara yang tinggi sepanjang tahun, dengan rata-rata tidak kurang dari 18° C, yaitu sekitar 27° C. Di daerah tropis, tidak ada perbedaan yang jauh atau berarti antara suhu pada musim hujan dan suhu pada musim kemarau.

Musim Hujan terjadi pada bulan Oktober – April, pada saat itu petani mulai mengerjakan lahannya untuk bercocok tanam. Jenis tanaman yang ditanam adalah tanaman yang membutuhkan air pada awal pertumbuhannya, contohnya padi.

Musim Kering terjadi pada bulan Mei – September, sebagian petani terpaksa membiarkan lahannya tidak ditanami karena tidak ada pasokan air. Sebagian lainnya masih dapat bercocok tanam dengan memanfaatkan air dari sungai, saluran irigasi atau memanfaatkan sumber buatan. Ada pula petani yang berupaya bercocok tanam walaupun tidak ada air yang cukup dengan memilih jenis tanaman atau varietas yang tidak memerlukan banyak air.

d.         Topografi

Desa Timusu terdiri dari daratan dan perbukitan, dimana sebagian besar wilayah Desa Timusu adalah perbukitan selain itu terdapat sungai yang mengalir Sungai Tengapadange dan Sungai Lebbae maka menjadi potensi sumber daya alam untuk mengairi tanah-tanah pertanian dan perkebunan disekitarnya.

3.        Letak Geografis Laule Desa Tellu Boccoe

Tellu Boccoe adalah Desa di Kecamatan Ponre,Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, kode kemendagri 73.08.07.2005, luas 11,78 km2, jumlah penduduk 1.505 jiwa, kepadatan 12 jiwa/km2.

4.        Letak Geografis Ajapanisi  Desa Cinennung

Cinennung adalah Desa di Kecamatan Palakka, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, kode kemendagri 73.08.15.2001, jumlah penduduk 1.532 (2003).

 

 

 

3.             Survival

Tabel 2.4 Dalam tabel ini dapat kita ketahui bahwa lokasi yang tertera di bawah dapat kita terapkan materi survival.

NO

LOKASI SURVIVAL

KEGIATAN SURVIVAL

KETERANGAN

1

Desa Carigading

Survival makanan

Setelah menemukan rumah penduduk peserta survival makanan yang ada disekitar seperti jambu

2

Dusun Laule

survival

Sosped di rumah penduduk

3

Camp 3

Mendirikan tenda flysheet

Peserta mendirikan flysheet pada Camp terakhir karena waktu tidak cukup untuk mendirikan bivak alami

 


BAB V

PENUTUP

A.           Kesimpulan

Kegiatan Pendidikan Khusus (DIKSUS) ini dilaksanakan di Puncak Ningo sampai Pertigaan Ajapanisi, kegiatan pendakian ini dilakukan untuk pengambilan poin guna pengalihan dari Anggota Muda ke Anggota Penuh atau pengambilan slayer pada Divisi Mounteneering.

 

B.            Saran

Laporan ini adalah suatu bentuk data yang dapat  dipertanggungjawabkan dari data yang diperoleh pada saat praktik. Data yang baik dan jelas merupakan salah satu kunci kesuksesan membuat laporan, sehingga data yang diambil harus benar-benar dipahami agar mudah dalam penyusunan laporan. Maka dari itu, penyusun menyarankan pada saat kegiatan praktik harus mengetahui dan memahami metode pengambilan data yang baik, sehingga data yang didapatkan lebih jelas dan dapat memberikan informasi lebih tepat sehingga mudah dalam mengolah data. 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Haliman dan Dian. 2007. Navigasi Darat

Nurdjana . 1980. Letak geografis Timusu

Subaidah.S.,S. Pramudjo Dan Manijo, 2009. Letak geografis Tellu Boccoe..

Sutaman,1993. Letak geografis Cinennung. httP://zaldibiaksambas.files.wordpress.com/2010/10/Kepencintaalaman. pdf.

Wardaningsih, 1999. Pengertian Pencinta Alam. Universitas Terbuka Jakarta.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Lampiran 1. Foto kegiatan



 

Lampiran 2. Salo Carigading

 


Lampiran 3. Salo Bajoeng



 

Lampiran 4. Foto Bersama Pak Dusun Laule



 

 

 

 

 

Lampiran 5. Evaluasi




 

Lampiran 6. Foto Bersama Pendamping



 

 

 

 

 

 

Lampiran 7. Mendirikan Bivak




 

 

Lampiran 8. Makan



 

 

 

 

Materi NAVIGASI DARAT

I.              PENDAHULUAN

Sebagai orang yang mengaku dekat dengan alam, pengetahuan peta dan kompas serta cara penggunaannya adalah mutlak harus dimiliki. Perjalanan ke tempat-tempat yang jauh dan tidak dikenal akan lebih dipermudah dengan memanfatkan keterampilan yang menggunakan peta dan kompas. Pengetahuan navigasi darat ini juga berguna bila suatu saat tenaga kita dibutuhkan untuk usaha-usaha pencarian dan penyelamatan korban kecelakaan ataupun tersesat di gunung dan hutan, serta bencana alam. Dalam hal ini, banyak bidang-bidang tertentu yang memerlukn pengetahuan navigasi.

II.           NAVIGASI DARAT

Navigasi darat adalah penentuan posisi dan arah perjalanan baik di medan sebenarnya ataupun di peta. Istilah navigasi pada umumnya digunakan untuk keperluan pelayaran dan penerbangan. Penambahan kata darat pada navigasi lebih ditekankan pada penggunaan di daratan antara lain meliputi gunung, sungai, lembah, rawa dan sebagainya.

Kunci untuk memahami navigasi adalah:

a.         Mampu merekam dan membaca gambaran permukaan pisik bumi.

b.        Mampu menggunakan peralatan pedoman arah.

Untuk memahami kedua hal tersebut navigasi darat dibantu dengan peralatan peta dan kompas. Keduanya digunakan bersamaan dan mempunyai fungsi yang saling menunjang. Navigasi darat tidak usah dihapalkan akan tetapi lebih banyak dilatihkan untuk dipraktekkan.

Navigasi laut adalah visualisasi grafis ruang laut dan pantai yang menyajikan berbagai data yaitu kedalaman laut (batrimetri), ketinggian daratan, morfologi (bentuk lahan) di laut,garis pantai, bahaya navigasi, sarana bantu navigasi pelayaran (SBNP), instalasi buatan dipermukaan.

III.        PETA

Secara umum peta adalah penggambaran dua dimensi (pada bidang datar) dari sebagian atau seluruh permukaan bumi yang dilihat tegak lurus dari atas, dan diperkecil atau diperbesar dengan perbandingan tertentu.

Peta tofografi pada umumnya disertakan pula, yang akan membantu untuk mengetahui secara detail daerah-daerah permukaan bumi yang terpetakan tersebut.

Keterangan-keterangan tersebut antara lain :

a.       Judul peta

Judul peta mewakili seluruh daerah yang terpetakan atau menyatakan lokasi yang ditunjukan oleh peta yang bersangkutan. Umumnya dituliskan nama daerah yang paling menonjol. Lokasi yang berbeda akan mempunyai judul yang berbeda. Judul peta ada pada bagian tengah atas peta

b.        Keterangan pembuatan peta

Yaitu informasi dari pembuatan peta tersebut, seperti tahun pembuatan, nama instansi yang membuat, sistem proyeksi yang digunakan, untuk keperluan apa peta tersebut dibuat, dan sebagainya. Contoh : peta yang dikeluarkan oleh Direktorat Geologi, Dinas Tofografi Belanda, US Army Map Service, Bakosurtanal, dan sebagainya.

c.         Nomor peta

Yaitu menjelaskan nomor registrasi peta. Dicantumkan di sisi kanan atas dengan dua cara penulisan, yang mana angka latin untuk menyatakan nomor kolom dan angka romawi untuk menyatakan nomor baris. Ex; 48/XL1-D

d.        Lembar derajat

Yaitu penjelasan nomor-nomor peta lain yang tergambar di sekitar peta yang digunakan untuk memudahkan kita jika ingin mendapatkan gambaran yang lebih luas mengenai suatu daerah dengan menggabung-gabungkan bagian-bagian lain peta tersebut. Dalam lembar derajat juga tercantum nomor-nomor peta yang ada disekeliling peta tersebut. Lembar derajat berada di sisi kiri bawah.

e.         Koordinat peta

Koordinat adalah kedudukan suatu titik pada peta,  atau kedudukan titik pada suatu bidang atau terhadap dua garis bilangan sistem koordinat pada peta. Sistem koordinat ditentukan dengan menggunakan sistem garis sumbu yaitu garis-garis yang saling berpotongan tegak lurus. Sistem koordinat yang resmi dipakai ada dua macam yaitu :

1.         Koordinat geografis (geograficalcoordinate)

Sumbu yang digunakan  adalah garis bujur (bujur barat dan bujur timur) yang tegak lurus terhadap garis khatulistiwa. Koordinat geografis dinyatakan dalam derajat, menit dan detik.

 

2.         Koordinat Grid (gridcoordinate atau UTM)

Dalam koordinat grid, kedudukan suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak terhadap suatu titik acuan. Untuk wilayah Indonesia, titik acuan wilayah nol ini ada disebelah barat Jakarta (60LU, 98BT). Garis vertikal diberi nomor urut dari barat ketimur. Sistem koodinat mengenal penomoran dengan 4 angka atau 6 angka. Untuk daerah yang luas dipakai penomoran 4 angka, sedangkan untuk daerah yang lebih sempit menggunakan penomoran 6 angka.

f.         Garis Kontur

Kontur adalah garis khayal yang menghubungkan titik-titik berketinggian sama dari muka laut, berbelok-belok mengikuti ketinggian yang sama dan tertutup. Garis kontur dimaksudkan untuk :

1.         Untuk mengetahui tinggi letak suatu tempat dari permukaan laut.

2.         Untuk mengetahui bentuk dilapangan yang sebenarnya. Oleh karena itu garis kontur ini dinamakan juga garis sama tinggi.

g.        Skala Peta

Skala peta adalah perbandingan antara jarak pada peta dengan jarak horizontalsebenarnya dilapangan.

Skala peta :     Jarak di peta

                                  Jarak dilapangan

Sifat skala :

1.         Makin kecil angka di belakang tanda bagi (:), makin besar skala itu.

2.         Makin besar angka di belakang tanda bagi (:), makin kecil skala itu.

 

Cara menyatakan skala :

1.      Dengan perkataan : Satu senti meter berbanding setengah kilometer.

2.      Dengan pecahan : 1 : 50.000 atau 1/50.000, berarti satu senti meter pada peta sama dengan 50.000 cm (500 m 0,5 km) pada jarak sesungguhnya.

3.      Dengan skala garis atau gambar :   

Berarti tiap bagian sepanjang blok garis pada peta tersebut mewakili jarak 1 km jarak horizontal di medan sebenarnya atau jarak sesungguhnya.

h.        Legenda Peta

Yaitu informasi tambahan untuk mempermudah  interpretasi peta baik dari unsur-unsur yang dibuat manusia maupun alam. Hanya berlaku pada legenda peta, informasi-informasi tambahan tersebut tidak disajikan sesuai dengan skala peta. Pada umumnya legenda peta disajikan dalam bentuk gambar beserta keterangan tertulis, termasuk perbedaan warna-warna (untuk peta berwarna). Legenda peta biasanya disertakan pada bagian bawah peta. Bagian legenda ini memuat simbol-simbol yang dipakai peta. Yang penting diketahui adalah : titik triangulasi, jalan setapak, jalan raya, sungai, Desa, dan pemukiman, dan sebagainya.

 

 

 

i.          Tahun Peta

Peta topografi juga memuat keterangan tentang tahun pembuatan peta tersebut. Semakin baru tahun pembuatannya, maka data yang disajikan semakin akuarat.

j.          Arah Peta

Yang perlu diperhatikan adalah arah utara peta. Cara yang paling mudah ialah dengan memperhatikan arah huruf-huruf tulisan tegak yang ada di peta. Pada bagian bawah biasanyajuga penunjuk arah Utara peta, Utara sebenarnya, dan Utara magnetik.

Utara sebenarnya adalah arah yang menunjukkan Kutub Utara bumi. Utara magnetik adalah arah utara yang menunjukkan Kutub Utara magnetik bumi. Kutub Utara magnetik bumi letaknya tidak bertepatan dengan Kutub Utara bumi, kira-kira berada di sebelah Utara Kanada, di Jazirah Boothia, karena pengaruh rotasi bumi letak kutub utara magnetik bumi bergeser dari tahun ketahun.

Utara magnetik ini adalah arah utara yang ditunjukkan oleh jarum magnetik kompas. Untuk keperluan praktis, utara peta, utara sebenarnya dan utara magnetik dapat dianggap sama. Untuk kepeluan-keperluan yang lebih menuntut ketelitian perlu mempertimbangkan adanya ikhtilap peta, ikhtilap magnetik, ikhtilap peta magnetik dan variasi magnetik.

1. Ikhtilap peta, adalah beda sudut antara utara sebenrnya dengan utara tetap. Beda sudut ini terjadi karena kerataan jarak pararel garis bujur peta bumi menjadi garis koordinat vertikal pada peta.

2. Ikhtilap magnetik, adalah beda sudut antara utara sebenarnya dengan utara magnetik.

3. Ikhtilappetamagnetik, adalah beda sudut antara utara peta dengan utara magnetik bumi.

4. Variasi magnetik bumi, adalah perubahan atau pergeseran letak kutub magnetik bumi pertahun.

IV.        MEMBACA PETA

a.        sifat-sifat garis kontur

1.         Garis kontur dengan ketinggian yang lebih rendah mengelilingi garis kontur yang lebih tinggi, kecuali bila disebut secara khusus untuk hal-hal tertentu seperti kawah.

2.         Garis kontur tidak akan pernah berpotongan

3.         Beda ketinggian antara dua garis kontur adalah tetap, walaupun kerapatan dua garis kontur tersebut berubah-ubah.

4.      Daerah datar mpunyai kontur yang jarang-jarang, sedangkan daerah terjal atau curam mempunyai garis kontur yang rapat.

5.      Garis kontur tidak akan pernah bercabang.

6.      Punggung gunung atau bukit terlihat di peta sebagai rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf “U” yang ujung melengkungnya menjauhi  puncak.

7.      Lembah terlihat di peta sebagai rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf“V” yang ujungnya tajam dan menjorok ke arah puncak Garis kontur berbentuk kurva tertutup.

8.      Garis ketinggian pembantu, menyatakan ketinggian antara (tengah-tengah) antara dua garis yang berurutan.

b.         Ketinggian Tempat

Untuk menentukan suatu ketinggian pada peta, yaitu dengan cara melihat interval kontur pada peta dan lalu hitung ketinggian tempat yang ingin diketahui. Memang ada perkiraan umum yaitu : interval kontur = 1/200 skala peta. Tetapi perkiraan ini biasanya tidak selalu benar. Beberapa peta topografi keluaran Direktorat Geologi Bandung aslinya berskala 1 : 50.000 (interval kontur 25 m), tetapi kemudian diperbesar menjadi berskala 25.000 dengan kontur interval yang tetap 25 m. Dalam misi SAR gunung hutan misalnya, sering kali suatu diperbesar dengan cara di fotocopy untuk ini interval kontur peta tersebut haruslah tetap dituliskan.

Sering peta yang dikeluarkan oleh Bakorsutanal (1 : 50.000) membuat garis kontur tebal untuk setiap kelipatan 250 m (kontur tebal untuk ketinggian 750, 1000, 1250 m dan seterusnya) atau setiap selang sepuluh kontur.

Peta yang dikeluarkan oleh AMS (Army Map Service) yang berskala 1 : 50.000, membuat garis kontur tebal untuk setiap kelipatan 100 m. Misalnya : 100,200,300 m dan seterusnya.

Peta yang dikeluarkan oleh Direktorat Geologi Bandung tidak seragam ketentuan garis konturnya. Dari informasi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa tidak ada ketentuan khusus dan seragam untuk menentukan garis kontur tebal.

Bila ketinggian garis kontur tidak dicantumkan, maka untuk mengetahui ketinggian suatu tempat haruslah dihitung dengan cara sebagai berikut :

1.        Cari dus titik yang berdekatan yang harga ketinggiannya

diketahui (tercantum).

2.        Hitung selisih ketinggian antara kedua titik tersebut hitung berapa kontur yang terdapat diantara keduanya (jangan menghitung garis kontur yang sama harganya bila kedua titik terpisah oleh lembah).

3.        Dengan mengetahui selisih ketinggian  dua titik tersebut dan mengetahui juga jumlah kontur yang terdapat, dapat dihitung berapa interval konturnya (harus merupakan bilangan bulat).

4.        Lihat kontur terdekat dengan salah satu titik ketinggian. Bila kontur terdekat itu berada diatastitikmaka harga kontur itu lebih besar dari titik ketinggian itu. Bila kontur berada dibawah maka harganya lebih kecil. Hitung harga kontur terdekat itu yang harus merupakan kelipatan dari harga interval kontur yang telah diketahui dari point (c).

Lakukanlah perhitungan diatas sampai merasa yakin harga yang didapat untuk setiap kontur benar, cantumkan harga beberapa kontur pada peta anda (kontur 1000, 1.250, 1,500 dan seterusnya) agar mudah mengingatnya.

c.         Mengenal Tanda Medan

Disamping tanda pengenal yang terdapat di legenda peta topografi, kita bisa menggunakan bentuk-bentuk atau bentang alam yang menyolok di lapangan, dan mudah dikenali di peta, yang akan kita sebut dengan: “tanda medan”. Beberapa tanda medan yang dapat kita “baca” dari peta sebelum anda berangkat ke lokasi, tetapi kemudian harus anda cari di lokasi.

Beberapa tanda medan yang dapat diperhatikan:

1.      Puncak gunung atau bukit, punggung gunung, lembah antara dua puncak,  danbentuk-bentuk tonjolan lain yang menyolok.

2.      Lembah yang curam, sungai, pertemuan anak sungai, kelokan sungai, tebing-tebing sungai.

3.      Belokan-belokan jalan, jembatan (perpotongan antara sungai dengan jalan), ujung desa, persimpanga-persimpangan jalan.

4.      Bila berada di pantai, muara sungai dapat menjadi tanda medan yang sangat jelas, begitu juga tanjung yang menjorok ke laut, teluk-teluk yang menyolok, pulau-pulau kecil, delta, dsb.

5.      Pada daerah dataran atau rawa-rawa biasanya sukar menentukan tonjolan permukaan bumi atau bukit-bukit yang dapat dimanfaatkan sebagai tanda medan. Pergunakanlah belokan-belokan sungai, muara-muara sungai kecil.

6.      Dalam penyusuran di sungai, kelokan tajam, cabang sungai, tebing-tebing. delta. dsb, dapat dijadikan sebagai tanda.

Pengertian tanda medan ini mutlak perlu dikuasai, sebab akan berguna sekali, dan akan digunakan pada uraian selanjutnya mengenai penggunaan “teknik peta dan kompas”.

 

 

V.           KOMPAS

Kompas adalah perangkat navigasi disamping peta yang berfungsi sebagai petunjuk arah kutub-kutub magnetik bumi. Penggunaan kompas pada bidang mendatar, selalu menunjukkan arah utara-selatan. Tetapi perlu diingat bahwa arah yang ditunjukkan oleh jarum kompas tersebut adalah arah utara magnetik bumi. Sedangkan arah utara bumi berbeda dengan arah utara magnetik bumi. Jadi arah yang ditunjukkan oleh kompas bukanlah arah utara bumi yang sebenarnya, juga arah utara kompas tidak sama dengan arah utara peta. Tetapi untuk sementara kita anggap utara kompas sama dengan utara peta.

1.        Bagian-bagian Kompas

Pada umumnya  secara fisik kompas terdiri dari tiga bagian yaitu:

a.         Jarum magnetik, selalu menunjukkkna arah utara-selatan pada posisi bagaimanapun, dengan syarat kompas tidak dipengaruhi oleh medan magnet lainnya, benda-benda besi lainnya, dipergunakan dalam posisi mendatar atau horizontal dan jarum magnetik tidak terhambat perputarannya.

b.        Skala penunjuk atau skala lingkaran mendatar, berfungsi menunjukknanya pembagian derajat sistem mata angin.

c.         Badan kompas atau bagian penyangga, yaitu tempat komponen-komponen lainnya dari kompas berada.

Secara sederhana bagian-bagian kompas seperti terdapat digambar sebelah ini. Sedangkan dalam kenyataannya dapat berkembang bentuknya sesuai dengan fungsi dan kebutuhannya.

2.        Jenis-jenis Kompas

Banyak macam kompas yang dapat dipakai dalam suatu perjalanan. Tetapi pada umumnya dipakai dua jenis kompas yaitu kompas bidik (misalnya kompas prisma) dan kompas orientering (misalnya kompas silva). Kompas bidik mudah untuk membidik, tetapi dalam membaca di peta perlu dilengkapi dengan busur derajat dang penggaris (segitiga). Kompas silva kurang akurat jika dipakai untuk membidik, tetapi banyak membantu dalam pembacaan dan perhitungan di peta. Kompas yang baik biasanya mempunyai kriteria, diantaranya sebagai berikut: skala ketelitian derajat yang akurat, jarum penunjuk arah yang stabil (biasanya pada bagian badan kompas terdapat cairan yang agak menahan pergerakan jarum kompas sehingga penunjukkan arah lebih cepat dan tepat). Pada ujung jarum biasanya dilapisi fosfor agar dapat terlihat dalam keadaan gelap

3.        Menggunakan Kompas

Pengertian dasar tentang kompas sebagai alat merupakan langkah 1. Secara prinsip tidak ada perbedaan pada setiap tipe kompas, kendati demikian masing-masing mempunyai ciri-ciri tersendiri yang mesti dipelajari terlebih dahulu. Bagaimanapun delapan titik arah mata angin utama dalam kompas yang merupakan pokok penting untuk diketahui lebih dahulu.

Delapan arah mata angin tersebut ialah: Utara, Timur, Selatan, Barat, Timur Laut, Tenggara, Barat Daya, Barat Laut. Di samping itu pula masih terdapat beberapa arah mata angin lainnya yang derajatnya lebih kecil dan berada di sela-sela arah mata angin yang utama. Agar lebih jelasnya, dapat diperhatikan gambar arah mata angin di samping ini. Kompas dipakai dengan posisi horizontal sesuai dengan arah garis medan magnetik bumi. Dalam memakai kompas terlebih dahulu jauhkan benda-benda yang terbuat dari logam yang sekiranya dapat mengganggu jarum kompas. Jika kita melakukan perjalanan menurut arah kompas (menggunakan kompas prisma atau lensa) disiang hari, maka tindakan yang akan kita lakukan secara berturut-turut:

a.         Buka kompas dan dirikan tutup kompas tegak lurus.

b.        Angkat tutup prisma atau lensa ke atas lensa kompas.

c.         Masukan ruas 1 ibu jari tangan kanan atau kiri ke dalam cincin ibu jari dan letakkan jari telunjuk menekan badan kompas atau memegangi badan kompas.

d.        Bawa prisma atau lensa itu kemuka mata dan lihatlah ke dalam celah bidik.

e.         Putar badan atau bidik sampai mendapat arah yang ditentukan.

f.         Arah bidik dinyatakan oleh angka-angka yang ditunjukkan oleh garis-garis prisma atau lensa dan garis rambut.

g.        Sambil melihat melalui garis carilah suatu titik dan tanda-tanda di medan yang searah

h.         Pergilah ke titik yang dipilih, bila telah sampai dititik tanda yang 1, carilah titik tanda kedua pada arah selanjutnya.

i.          Setelah sampai pada tiap-tiap titik tanda, adakan pemeriksaan pada titik-titik tanda yang telah dilalui, supaya jangan tersesat, dengan mengukur backazimuthnya. (sudut kompas semula + atau – 180 derajat) dengan kata lain backazimuth (BA) = sudut kompas ±180 derajat.

Beberapa hal yang benar-benar harus diperhatikan dalam menggunakan kompas sebagi berikut:

1.        Hilangkan gangguan yang mempengaruhi kerja kompas, terutama yang terbuat dari logam.

2.        Mengatur kedudukan kompas agar benar-benar berada dalam posisi datar.

3.        Memproyeksikan tempat kedudukan kompas pada titik awal pemberangkatan.

4.        Membidik titik sasaran, yaitu dengan membuat celah pembidik, garis rambut dan obyek garis lintasan berada pada suatu garis lurus.

5.        Membaca skala mendatar sudut kompas, yaitu besarnya penyimpangan sudut antar kutub utara mangnet bumi dengan garis lintasan.

4.             Sudut Kompas

Sudut kompas istilah umumnya adalah azimuth, dihitung searah dengan putaran jarum jam. Beda sudut peta karena acuan sudut kompas tidak dari utara peta tetapi dari utara magnetis yang ditunjukkan oleh jarum kompas. Besarnya sudut kompas ialah besar derajat yang diperoleh dari utara magnetik dengan garis lintasan.

 

5.             Tehnik Peta Kompas

Tehnik peta kompas adalah upaya penggunaan gabungan dari peta dan kompas untuk membantu kita dalam mempersiapkan alur perjalanan, mengetahui posisi kita atau sebuah titik atau lokasi tetentu, untuk mengetahui apa saja yang ada dijalur yang akan kita lewati dan masih banyak lagi aplikasi dan manfaat penggunaan dari penggabungan peta dan kompas.

A.       Orientasi Peta atau Orientasi Medan

Orientasi peta atau orientasi medan adalah menyamakan kedudukkan peta dengan medan sebenarnya, atau secara praktis adalah menyamakan arah utara peta dengan arah utara sebenarnya. Untuk keperluan ini, kita perlu mengenal tanda-tanda medan yang ada di lokasi. Misalnya saja dengan memastikan nama gunung, bukit, sungai ataupun tanda-tanda alam lainnya yang terdapat pada peta. Atau dengan cara mengamati bentang alam yang terlihat dan mencocokannya dengan gambar kontur yang ada dalam peta. Untuk keperluan praktis, utara kompas (utara magnetik) dapat dianggap satu titik dengan utara sebenarnya, tanpa memperhitungkan adanya deklinasi.

Secara terinci, langkah-langkah untuk melakukan orientasi peta atau orientasi medan adalah sebagai berikut :

1.        Carilah tempat terbuka agar dapat melihat tanda-tanda medan yang mencolok.

 

 

2.        Letakkan peta pada bidang yang datar.

3.        Samakan arah utara peta dengan arah utara kompas,  dengan jalan menggeser-geser petanya sehingga tepat dengan dengan arah utara kompas, sesuaikan dengan bentang alam yang ada di hadapannya.

4.        Cari tanda-tanda alam yang paling menonjol di sekeliling dan temukan atau cocokkan tanda-tanda tersebut dengan tanda-tanda yang ada dalam peta. Lakukan juga untuk tanda-tanda medan lainnya.

5.        Ingat tanda-tanda medan itu, bentuknya dan tempatnya di medan sebenarnya maupun di peta. Ingat hal-hal yang khas dari setiap tanda-tanda medan.

B.       Azimuth dan BackAzimuth

Azimuth adalah sudut antara satu titik dengan arah utara dari seorang pengamat. Azimuth disebut juga sudut kompas. Bila kita berjalan dari satu titik ke titik lain dengan sudut kompas tetap (potong kompas), maka harus diusahakan agar lintasan perjalanan berupa satu garis lurus. Untuk itu digunakan tehnik BackAzimuth.

Prinsip BackAzimuth adalah : membuat lintasan berada pada satu garis lurus dengan cara membidikan kompas ke muka dan ke belakang jarak tertentu.

Dalam perjalanan agar kita tidak tersesat atau menyimpang, patuhilah arah yang ditunjukan oleh sudut kompas sesuai dengan arah yang akan dituju. Garis yang membentuk sudut kompas tersebut adalah arah lintasan yang menghubungkan titik awal perjalanan dengan titik akhir perjalanan. Banyak kasus yang menyebabkan kita tersesat adalah kehilangan pedoman pada titik awal perjalanan. Ini dapat terjadi apabila kita melakukan perjalanan yang sulit :

1.        Sulit untuk menemukan tanda-tanda alam yang jelas sebagai titik awal, misalnya pada daerah rawa-rawa.

2.        Sulit untuk melakukan arah lintasan yang lurus, misalnya penjelajahan lada hutan yang lebat.

3.        Sulit untuk melakukan orientasi atau pengenal lapangan misal pada malam hari.

Untuk melakukan hal tersebut dapat digunakan BackAzimuth. Jadi Backazimuth : pembidikan balik dari Azimuth atau sudut kompas berpatokan pada titik sasaran agar kita dapat mengoreksi arah lintasan.

Langkah-langkah BackAzimuth :

a.         Titik awal dan titik akhir perjalanan di plotkan pada peta, kemudian tariklah garis lurus dan hitung sudut kompas yang menjadi arah perjalanan. Hitung juga sudut dari titik akhir ke titik awal, kebalikan arah perjalanan. Sudut kebalikan arah perjalanan ini adalah sudut BackAzimuth.

b.        Perhatikan suatu objek yang menyolok (misalnya pohon besar, pohon tumbang, longsoran tebing, susunan pohon yang khas, ujung kampung dan sebagainya) pada titik awal perjalanan.

c.         Bidikan kompas sesuai dengan arah perjalanan kita (sudut kompas), dan tandaidengan salah satu objek yang berada dijalur lintasan yang akan dilalui pada arah itu.

d.        Setelah anda sampai pada objek itu, bidiklah kompas kebelakang (BackAzimuth) untuk memeriksa kembali apakah anda berada pada lintasan yang tepat. Bergeserlah ke kiri atau ke kanan untuk mendapatkan BackAzimuth yang benar.

e.         Sering kali tidak ada objek yang dapat dijadikan sasaran. Dalam hal ini pakailah teman kita sebagai titik objek sementara dan dilakukan secara beranting. Lebih baik perjalanan lambat asal tidak tersesat.

Keterangan :

SK – AB : Sudut kompas perjalanan dari A ke B, SK – BC : Sudut kompas dari C ke B (BackAzimuth dari C ke B), SK – BA : Sudut kompas dari B ke A (BackAzimuth dari B ke A)

Cara mencari sudut balik kompas atau sudut BackAzimuth:

1.        Bila sudut kompas sasaran kurang dari 1800, maka BackAzimuthnya adalah : sudut kompas ditambah dengan 1800. Contoh : Sudut kompas 450. Maka BackAzimuthnya adalah: 450+1800=2250.

2.        Bila sudut kompas sasaran lebih dari 1800, maka BackAzimuthnya adalah : sudut kompas dikurangi dengan 1800. Contoh : Sudut kompas sasaran lebih dari 2200. Maka BackAzimuthnya : 2200–1800=400.

Rumus mencari sudut BackAzimuth:

Jika X< 180= X+ 1800

Jika X> 1800 = X0 - 1800          

C.       Resection atau ikatan kebelakang

Prinsip resection adalah menentukan posisi kita di peta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang diketahui. Tehnik resection membutuhkan alam yang terbuka untuk dapat membidik tanda medan. Tidak selalu seluruh tanda medan harus dibidik. Jika kita sedang berada di tepi sungai, jalur sepanjang jalan atau sepanjang suatu punggungan maka hanya perlu satu tanda medan lainnya yang dibidik. Hal lainnya yang dapat membantu adalah penggunaan Altimeter (pengukur ketinggian suatu tempat) namun akan dijelaskan dalam bagian tersendiri.

Langkah-langkah resection :

1.         Lakukanlah orientasi peta atau orientasi medan.

2.         Cari tanda medan yang mudah dikenali di lapangan dan di peta, sedikitnya dua buah. Tanda medan yang mudah dikenali : jalan, sungai, tebing atau patahan, puncak gunung, dan lain-lain.

3.         Tandai kedudukkan dua titik atau lebih yang sudah kita kenal berdasarkan keadaan medan atau peta.

4.         Bidiklah tanda-tanda medan tersebut dari posisi kita dan catatlah sudut kompasnya.

5.         Pindahkan sudut bidikan yang didapat ke peta, berilah titik pada tempat sudut hasil bidikan tersebut di atas peta.

6.         Tariklah garis lurus antara titik hasil bidikan kompas di peta dengan titik yang kita bidik di peta.

7.         Buatlah dua buah garis lurus atau lebih hasil bidikan dari kompas dari dua titik atau lebih yang diusahakan saling berpotongan.

8.         Perpotongan garis tersebut adalah posisi kita di peta.

Penjelasan gambar resection di atas :

Kita sedang mencari posisi kita di peta. Kita membidik puncak Gunung Arjuna dan puncak Gunung Sindoro sebagai dua buah titik di medan yang telah kita ketahui. Hasil pembidikan kita diperoleh :

1.        Untuk Gunung Arjuna diperoleh sudut 3150 DU ( dari utara) dan ditandai dengan titik A.

2.        Untuk Gunung Sindoro diperoleh sudut 350 DU (dari utara) dan ditandai dengan titik B.

3.        Tariklah garis antara titik A dengan titik puncak Gunung Arjuna. Demikian juga dengan titik B ditarik garis-garis dengan titik puncak Gunung Sindoro.

4.        Perpotongan kedua garis tersebut, titik C adalah posisi dimana kita berada di dalam peta.

D.           Intersection atau ikatan kemuka

Prinsip intersection : menentukan posisi suatu titik di peta dengan menggunakan dua titik atau lebih tanda medan yang dikenali di lapangan. Intersection digunakan untuk mengetahui posisi suatu benda atau posisi seseorang yang terlihat di lapangan, tetapi sukar untuk dicapai. Pada intersection kita sudah harus yakin posisi kita di peta.

 

Langkah-langkah intersection :

1.        Lakukan orientasi peta atau orientasi medan, dan pastikan kedudukan kita di peta.

2.        Bidiklah obyek yang sedang kita amati, dari posisi kita, yang telah kita ketahui di peta.

3.        Pindahkan sudut 1 yang kita dapati dari hasil bidikan 1 itu ke atas peta berupa satu titik.

4.        Tariklah garis lurus yang menghubungkan titik posisi kita di peta dengan titik hasil bidikan 1 itu.

5.        Bergeraklah ke posisi lain dan lakukanlah kembali resection untuk memastikan kedudukkan kita di peta. Jarak antara posisi 1 bidikan dengan posisi kita yang kedua diharapkan cukup sebanding dengan sudut yang akan diambil/dibidik.

6.        Bidiklah obyek yang sedang kita amati, dari posisi kita yang kedua.

7.        Pindahkan sudut kedua yang kita dapati dari hasil bidikan kedua itu ke atas peta berupa satu titik.

8.        Tariklah garis lurus yang menghubungkan kedua titik kedua posisi kita yang kedua dengan posisi titik hasil bidikan yang kedua.

9.        Perpotongan antara kedua garis lurus tersebut merupakan posisi obyek yang sedang kita amati di atas peta.

Biasanya posisi 1 maupun posisi kedua untuk melakukan bidikan adalah posisi yang tinggi, sehingga dapat mengamati obyek yang berada di bawahnya.

 

Penjelasan gambar intersection diatas :

Kita sedang mencari sebuah titik C di atas  peta.

1.        Posisi satu yang akan kita pakai untuk membidik adalah puncak Semeru, karena kita sudah tahu kedudukannya di peta dan mudah dipastikan di lapangan.

2.        Pembidikan dari puncak Semeru diperoleh sudut bidikan terhadap objek kita ialah titik B. Titik B bersudut 450 DU (dari utara).

3.        Kita berjalan lagi ke Puncak Bromo, dari Puncak Bromo kita bidik lagi objek kita. Hasil bidikan yang kedua ditandai dengan titik A. Titik A bersudut 3450 DU (dari utara).

4.        Tariklah garis lurus antara titik B dengan puncak Semeru. Demikian juga tariklah garis lurus antara titik A dengan puncak Bromo.

5.        Perpotongan kedua garis tersebut adalah titik C, yaitu posisi objek kita di atas peta.

E.            Menentukan Arah Tanpa Kompas

Dalam sebuah perjalanan dapat saja secara mendadak kompas tidak berfungsi, macet, pecah, atau rusak. Sebagai pengamanan biasakanlah membawa kompas cadangan yang ditempatkan secara terpisah, atau jangan didekatkan. Misalnya saja ditempatkan pada dua orang yang berbeda, sehingga tidak akan saling mempengaruhi medan magnitnya.

Namun jika terpaksa sekali, kita tidak dapat mempergunakan kompas karena gangguan-gangguan di atas atau sama sekali tidak dapat berfungsi dan cadangan pun tidak ada, maka kita terpaksa melakukan hal-hal yang cukup spektakuler untuk menentukan arah utara dan selatan.

Berikut ini adalah beberapa cara menemukan arah mata angin dengan bantuan :

1.        Tanda-tanda alam, misalnya:

a.       Kuburan islam menghadap ke utara.

b.      Mesjid menghadap kiblat, untuk wilayah Indonesia mengarah ke sekitar barat laut.

c.       Bagian pohon yang berlumut tebal menunjukan arah timur, karena pada pagi hari sinar matahari belum terik.

d.      Dengan jarum arloji

Untuk daerah sebelah utara khatulistiwa, jarum kecil di arahkan ke matahari,garis pembagi sudut antara jarum kecil dengan angka 12 (dua belas) akan menunjukan arah utara. Untuk daerah sebelah selatan khatulistiwa, caranya sama, hanya saja yang didapatkan arah selatan.

e.       Dengan perbintangan

Beberapa macam rasi bintang yang dapat dijadikan alat bantu untuk menentukan arah utara dan selatan:

1.        Rasi bintang crux (bintang salib/gubuk penceng)

Rasi bintang ini terdiri dari empat bintang utama dan satu bintang bantu. Empat bintang utama membentuk layang-layang. Untuk mengetahui arah utaranya, perhatikan arah yang ditunjukan oleh posisi tiga buah bintang utama yang terdekat. Sedangkan satu utama yang terjauh menunjukan selatan.

2.        Rasi bintang orion

Bintang orion adalah suatu gugusan bintang yang menyerupai gambar orang yang sedang membawa pedang dan ikat pinggang. Tiga buah bintang di atas membentuk “kepala”, yang menunjukan arah utara. Dan arah yang ditunjukan “pedang” adalah menunjuk arah selatan.

3.        Rasi bintang waluku (bajak) dan bintang kutub

Bintang waluku adalah sebuah gugusan bintang yang mudah ditemukan. Bentuknya mirip centong. Bintang ini sebenarnya merupakan bagian dari gugusan bintang Ursa Mayor (beruang besar) dimana fungsi bintang ini menunjukan bintang kutub atau utara yang terdapat pada rangkaian bintang kutub atau beruang kecil (Ursa Minor). Keistimeawan bintang ini, sekalipun gugusan bintang lainnya berputar di langit pada malam hari, tetapi bintang kutub tetap berada di utara.

VI.        ANALISIS PERJALANAN         

Analisa pejalanan perlu dilakukan agar kita dapat lebih membayangkan kira-kira alur lintasan perjalanan yang akan kita lalui. Analisa perjalanan dilakukan sebelum perjalanan dimulai, yaitu dengan jalan mempelajari peta yang akan digunakan.

Yang perlu dianalisa dengan cermat adalah jarak yang akan ditempuh, waktu yang akan dipergunakan dan tanda-tanda medan.

a.         Jarak yang akan ditempuh

Jarak diperkirakan dengan mempelajari peta perjalanan. Yang perlu diperhatikan adalah jarak sebenarnyadan yang akan kita tempuh, bukan jarak horizontal. Kita dapat memperkirakan jarak (kondisi medan) lintasan yang akan ditempuh dengan jalan memproyeksikan lintasan (lihat gambar garis kontur) kmudian mengalihkannya dengan skala untuk memperoleh jarak sebenarnya.

b.        Waktu yang akan dipergunakan

Ada teori klasik untuk memperkirakan waktu tempuh ini, yaitu aturan Naismith, yaitu kecepatan rata-rata orang berjalan pada medan horizontal (datar) adalah 5 km/jam dan setiap kenaikan 300 m ditambah 0,5 jam.

Contoh : jika direncanakan perjalanan sejauh 10 km dengan pertambahan kenaikan vertikal 600 m, maka waktu tempuh kita adalah :

(10 km/5 km/jam) + (600 m/300 m) x (0,5 jam) = 3 jam

untuk kecepatan perjalanan pada medan yang menurun digunakan rumus : setiap penurunan 300 m, waktu tempuhnya 5 km/jam + 10 menit.

Catatan : perhitungan tersebut hanya berlaku pada medan yang tidak bersemak. Selain itu waktu tempuh akan bervariasi tergantung pada hal-hal seperti keadaan fisik, beban yang dibawa, keadaan lintasan ( berpasir, tanah keras, berlumpur,bersalju) dan kondisi cuaca.

c.         Tanda-tanda medan

Cari dan ingat-ingatlah tanda-tanda medan yang ada di peta yang mungkin dapat menjadi pedoman dalam menempuh perjalanan. Misalnya sungai, danau, tebing dan lain-lain.

d.        jenis-jenis medan :

hill walking = perjalanan mendaki bukit-bukit atau pegunungan yang belum membutuhkan peralatan khusus dan teknik khusus.

climbing = pendakian yang membutuhkan alat dan teknis khusus, climbing dibagi menjadi 2 macam yaitu :

1.             rock climbing = pendakian pada batu yang membutuhkan alat dan teknik khusus

2.             snow ice climbing = pendakian pada gunung es atau daerah bersalju yangmembutuhkan alat dan teknik khusus

scrambling = pendakian pada tebing-tebing batu yang tidak terlalu terjal yang terkadang menggunakan tangan untuk keseimbangan. Bagi pemula biasanya dipasang tali untuk pengaman jalur untuk lintasan

e.         Medan tidak sesuai Peta

Jangan terlalu cepat membuat kesimpulan untuk menyalahkan petanya.

Memang banyak sungai-sungai kecil yang tidak tergambar di peta, karena sungai tersebut mengering ketika musim panas. Ada kampung yang sudah berubah, jalan setapak yang hilang dan masih banyak perubahan-perubahan lainnya yang mungkin terjadi.

Bila tidak ada kesesuaian antara peta dengan kondisi lapangan, baca kembali peta tersebut dengan lebih teliti. Cari tanda-tanda medan yang mudah dikenali. Jangan terpaku pada satu gejala saja yang ada di peta, sehingga hal-hal lain yang dapat dianalisa terlupakan. Kalau terlalu banyak hal, yang tidak sesuai dengan peta kemungkinan besar kita yang salah, salah mengikuti punggungan, salah menyusuri sungai, atau salah dalam melakukan resection. Peta topografi 1:25000 atau 1:50000 umumnya cukup teliti.

VII.     ALTIMETER

Altimeter merupakan alat pengukur ketinggian yang bisa membantu dalam menentukan posisi. Pada medan yang bergunung tinggi, resection dengan menggunakan kompas sering tidak banyak membantu, disini altimeter lebih bermanfaat. Dengan menyusuri punggungan-punggungan yang muda dikenali di peta, altimeter akan lebih berperan dalam perjalanan, yang harus diperhatikan dalam pemakaian altimeter :

a.         Setiap altimeter yang dipakai harus dikalibrasi, dengan cara diperiksa ketelitian altimeter di titik-titik ketinggian yang pasti. Contohnya di tepi laut atau stasiun kereta api.

b.        Altimeter sangat peka terhadap guncangan, perubahan cuaca, dan perubahan temperatur

 

 

VIII.  PROTRACTOR

Protractor  adalah alat yang berbentuk persegi empat yang digunakan untuk mempermudah kita menentukan koordinat dan sudut pada peta. Biasanya 1 buah pratractor memiliki 3 skala yang berbeda, namun tidak dapat digunakan untuk membaca koordinat geografis yang didalamnya terdapat :

a.         Pembagian derajat

b.        Prmbagian peribuan

c.         Skala koordinat 1 : 100.000 1 : 50.000 1 : 25.000

d.        Titik pusat untuk pembagian derajat dan titik silang pada tengah – tengah protractor

e.         Tanda indeks dan untuk skala koordinat adalah sisi tegak dan siku –siku segi tiga

Protractor dapat dipergunakan untuk :

1.        Menentukan sudut peta

2.        Plotting sudut peta

3.        Plotting koordinat

4.        Menentukan

 

 

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CARA MENANAM MANGROVE YANG BAIK DAN BENAR OLEH MAHASISWA KKN STIP YAPI BONE DI DESA DATA KECAMATAN MARE KABUPATEN BONE

TAK MAMPU TERUCAP!

"MENGAPA PEREMPUAN SELALU DI PANDANG SEBELAH MATA?"