TERBITLAH CAHAYA DALAM BALUTAN KEGELAPAN YANG KELAM
Gelap entah harus berbuat apa. Entah mengawali lagi darimana. Entah ujungnya akan seperti apa. Yang ada hanya marah semarah-marahnya. Rasanya ingin memaki diri sendiri. Tidak pantas rasanya untuk dicintai, dihargai, bahkan sekedar di terima kembali. Tiap tengah malam bergulat dengan pikiran sendiri. Pikiran gelap bertarung dengan pikiran jernih yang berjuang mencari jalan. Tapi ingatan membawanya kembali ke hari jahannam itu. Seperti adegan horor yang dipaksa ditonton berulang-ulang. Setiap hari adalah perbatasan antara terjaga dan mimpi buruk. Dan tahukah apa yang lebih mengerikan? Merasa sendirian. Orang-orang baik rasanya menjauh selangkah demi selangkah. Seperti berada diterowongan hitam. Gelap. Sendirian. Tidak berdaya. Itu kata-kata ungkapan yang harus meluncur secara terbata-bata. Setengah tertahan dari para korban. Yakinlah, itu hanya sebagian yang mampu mereka utarakan. Mungkin akan ada waktunya, kamu, kita harus siap mendengarnya ketika dibutuhkan. Peran yang tidak mudah berbagai keraguan juga kita rasakan. Bagaimana agar korban bisa pulih? Apa yang harus aku katakan agar tidak memicu trauma. Bagimana jika masalahnya lebih besar dari yang kita sangka? Pertama dan utama. Percaya. Tidak ada pendampingan tanpa rasa percaya. Faktanya, mereka yang bisa bertahan. Biasanya lebih mungkin mengecil-ngecilkan kekerasan yang dialami dibanding membesar-besarkan. Bila mereka serela itu percaya menceritakanya kepadamu, kenapa justru kamu yg ragu? Yang bersalah adalah pelaku, tidak pernah korban. Mereka tidak memilih untuk menerima kekerasan. Mereka tidak layak menerima kekerasan baru berupa pertanyaan" yang menyudutkan. Cukup dengarkan, wajarkan andai mereka bercerita tak runtut,melompat". Ini yang membuat mereka perlu menjadi pendengar terbaik yang dapat mereka temukan. Bahkan walau mereka minta didengarkan pada jam"paling tidak masuk akal sekalipun. Validasi perasaan mereka, marah, sakit, takut apapun. Temani sampai mereka mampu berdiri dengan kakinya sendiri. Lalu biarkan mengambil keputusan berdasarkan akal sehat dan pemahamannya terhadap resiko yang ada. Kekuasaan mereka atas tubuhnya telah dirampas. Yakinkan mereka mampu mengambil kembali kuasa akan tubuhnya. Dimulai dengan membuat pilihannya sendiri. Teman"katakan pada mereka, kamu tidak melakukan kesalahan apapun. Kamu mampu melewati ini ,tak akan sendiri, ada orang" yang mau mendengar, membantu, menunggu, dan tolong ada satu yang harus selalu kamu beri kesempatan berkali" yaitu waktu. Bertahan, jangan memilih padam.
Komentar
Posting Komentar